Rabu, 13 November 2013

Kisah Dua Tukang Sol



Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya.
 Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil. Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah.
Perutnya sendiri tidak dia hiraukan. Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap. “Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan. “Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh. “Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas. “Alhamdulillah, itu harus disyukuri.” “Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal. “Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum. “Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur. “Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya. Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat. “Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.” Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut. Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti, “Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.” Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata, “Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.” “Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum. “Abang yakin?” “Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan. “Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap. “Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah. Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa. “Apa kabar mang Udin?” “Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan. Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.” “Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran. “Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi. Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi, “Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?” “Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum. Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh. “Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar. Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan. “Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh. “Tidak.” “Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.” Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum. “OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca. “Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.” Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.


Setelah pertemuan itu, bang Soleh dan mang Udin tidak lagi bertemu. Entah kenapa, ada kerinduan dari mang Udin untuk bertemu dengan bang Soleh. Mang Udin mencoba ke tempat dimana dia bertemu, masjid dan tempat makan dimana dia ditraktir. Namun Allah menakdirkan mereka tidak bertemu. Mang Udin mencoba bertanya kepada sesama rekan tukang sol lainnya. Luar biasa, banyak diantara tukang sol yang mengenal bang Soleh, namun mereka juga sama, mengaku sudah lama tidak bertemu dengan bang Soleh. Mang Udin juga sering berdo’a untuk dipertemukan dengan bang Soleh untuk berterima kasih. “Apakah bang Soleh sakit?” tanya mang Udin dalam hatinya. “Ah, tidak boleh berburuk sangka, mudah-mudahan bang Soleh baik-baik saja, mungkin dia menjajaki tempat yang lain. Lalu, bagaimana dengan keadaan mang Udin sendiri? Setelah mendapatkan pencerahan dari bang Soleh, kehidupan mang Udin sudah jauh membaik. Dengan diawali basmallah, dia selalu mengawali langkahnya menjemput rezeki. Diiringi senyum dari sang Istri dan pelukan dari kedua anaknya, mang Udin selalu bersemangat memikul peralatan dan bahan sol yang lumayan berat. Meski tidak setiap hari mendapatkan penghasilan bagus, namun secara total sudah sangat cukup menjaga dapurnya ngebul setiap hari. Kadang dia hanya melakukan service satu kali dalam sehari, tetapi uang yang didapat melebih 5 kali service karena kemurahan pengguna jasanya. Banyak sekali rezeki yang tidak diduga-duga yang dia alami. Dia selalu mensyukuri apa yang dia dapat setiap harinya. Bahkan saat pulang tidak membawa uang pun tidak menjadikan dia mengeluh. Hidupnya lebih tenang dan optimis. Jika hari ini tidak dapat, dia yakin besok lusa akan dapat. Dia tidak khawatir lagi, sebab dia yakin Allah sudah menyiapkan rezeki untuk istri dan kedua anaknya. Suatu hari, sepulang dari keliling menjajakan jasanya, dia disambut dengan tangisan anak bungsunya. “Kenapa sayang?” tanya mang Udin sambil membelai kepala anaknya dan melirik ke istrinya. “Itu yah… Cecep ingin jalan-jalan ke Mall seperti teman-temannya.” jawab istrinya sambil tersenyum. “Kayak orang kaya saja.” Mang Udin tersenyum. “Mau ngapain sich ke Mall?” “Mau jalan-jalan saja.” kata Cecep (anaknya). “Di Mall itu banyak yang dagang, nanti Cecep mau, ayahkan tidak punya banyak uang sekarang.” jelas mang Udin. “Cecep tidak mau beli apa-apa, hanya ingin jalan-jalan saja sama ayah dan mamah, juga teteh.” jelas Cecep. “Bener?” tanya mang Udin. “Bener, Cecep janji.” kata si Cecep “Kata mamah gimana? Boleh tidak?” tanya mang Udin “Kata mamah, terserah ayah.” kata Cecep sambil melihat ibunya dan dijawab oleh ibunya dengan senyuman. “Ya udah, besok kan hari Minggu, kita jalan-jalan saja ke Mall.” kata mang Udin yang disambut senyum gembira anaknya. “Teteh… teteh… besok kita jalan-jalan ke Mall.” kata Cecep teriak-teriak sambil menghampiri kakak perempuannya. “Emang ayah nggak keliling besok?” tanya istrinya sambil mempersiapkan makan. “Nggak apa-apa, sesekali istirahat untuk penyegaran. Biar anak-anak senang.” jawab mang Udin sambil duduk di tikar, siap-siap untuk makan. “Iya juga, ayah selalu keliling, tidak pernah libur.” jawab istrinya sambil duduk disamping mang Udin. *** Keesokan harinya, mereka pun berangkat ke Mall naik angkot. Cecep terlihat begitu senangnya. “Cecep… main ke Mall jangan jadi kebiasaan, sekali-kali saja yah.” jelas mang Udin. “Kenapa yah?” tanya Cecep. “Ada banyak kegiatan yang lebih bagus dibandingkan jalan-jalan ke Mall.” jelas mang Udin. “Iya dech…” kata Cecep. Sesampainya di Mall, mata mang Udin terpaku melihat sebuah tulisan yang berbunyi Service Sepatu Bang Soleh “Jangan-jangan …” pikir mang Udin. Dia segera menghampiri toko yang ada tulisan itu diatasnya. Disana memang tempat service sepatu, ya sepatu-sepatu yang cukup mahal harganya. Dia melihat semua orang yang ada di toko tersebut, tentu saja mencari-cari, apakah ada bang Soleh disana. “Ada yang bisa dibantu pak?” tanya salah seorang karyawati toko itu. “Nggak… Saya cuma ingin ketemu bang Soleh.” jawab mang Udin ragu-ragu, apakah benar bang Soleh itu yang ada disini. “Oh, sebentar ya pak, ini dengan bapak siapa?” jawab karyawati berjilbab itu dengan ramah. “Saya Udin.” jawab mang Udin. “Baik pak, sebentar.” jawab karyawati itu dan masuk ke sebuah ruangan. Mang Udin seperti tidak percaya, orang yang keluar dari ruangan itu benar-benar bang Soleh yang sudah memberikan pencerahan baginya. Mang Udin hanya menatap bang Soleh. “Alhamdulillah, kita dipertemukan lagi, apa kabar Mang Udin?” tanya bang Soleh sambil membuka tanggannya. Akhirnya mereka berpelukan, seperti dua saudara yang telah lama tidak bertemu. “Wah, bang Soleh sudah sukses nich. Pasti besar modalnya buka toko disini. Bagaimana bisa?” tanya mang Udin penuh dengan kekaguman. “Ini keluarga mang Udin?” tanya bang Soleh sambil melihat istri mang Udin dan kedua anaknya, seolah mengabaikan pertanyaan mang Udin. “Iya, ini Cecep ingin jalan-jalan.” jawab mang Udin sambil tersenyum. “Bagus sekali mang Udin, memasukan kebahagiaan untuk istri dan anak adalah perbuatan mulia. Jangan dilupakan itu.” katang bang Soleh. “Bagaimana kalau kita makan yuk disana?” kata bang Soleh sambil menunjuk sebuah restoran. “Ah nggak usah… ” jawab mang Udin. “Jangan gitu, saya sudah lama tidak traktir mang Udin, sekarang sekalian dengan keluarganya.” jelas bang Soleh sambil berjalan menuju sebuah restoran diikuti oleh mang Udin dan keluarganya. “Jadi merepotkan nich…” kata mang Udin. Setelah mereka duduk, perbincangan pun dilanjutkan. “Bagaimana bang Soleh bisa buka usaha disini?” tanya mang Udin. “Semua Allah yang mengatur. Seperti pertemuan kita dulu. Saya juga dipertemukan dengan teman SMP saya yang sudah menjadi pengusaha dan dia menawarkan bantuan modal untuk buka usaha disini.” jelas bang Soleh. “Wah … kalau rezeki tidak akan lari kemana yah bang?” kata mang Udin kagum. “Itu adalah jawaban dari do’a kita, terutama do’a dari ibu, istri, dan anak-anak saya. Saat kita berdo’a, Allah mengabulkan do’a kita dengan memberikan berbagai petunjuk. Tinggal bagaimana kita, mau menjemputnya atau tidak?” jelas bang Soleh. “Saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang saya dapatkan saat ini. Kalau saya ingin dapat lebih seperti abang, apa itu tidak salah? Apakah saya tidak bersyukur?” tanya mang Udin. “Tentu saja tidak, selama kita berterima kasih atas apa yang Allah berikan kepada kita, kemudian memanfaatkan nikmat itu untuk kebaikan, itu adalah syukur kita. Jika kita ingin lebih baik, itu tidak ada salahnya. Allah menyuruh kita untuk tetap berusaha menjadi lebih baik.” jelas bang Soleh. “Bagaimana saya bisa maju seperti abang?” tanya mang Udin. “Mintalah kepada Allah, kemudian jemput rezeki itu dengan segera, tidak boleh menunda-nunda.” jelas bang Soleh. “Apakah saya bisa?” tanya mang Udin. “Bagaimana mang Udin menemukan saya disini?” tanya bang Soleh “Saya sering berdo’a untuk diketemukan dengan abang, saya ingin berterima kasih.” jawab mang Udin. “Lewat anak mang Udin, Allah menjawab do’a mang Udin untuk bertemu dengan saya.” kata bang Soleh sambil tersenyum. “Iya juga …” kata mang Udin “Awalnya saya juga bingung, bagaimana menjalankan bisnis dengan profesional. Tapi lama kelamaan bisa juga. Tenang saja, mungkin sekarang kita masih bingung apa yang harus dilakukan. Tapi, tetaplah optimis, Allah akan menunjukkan jalan kepada kita. Teruslah berdo’a. Jangan berhenti karena kita tidak bisa, jangan berhenti karena kita tidak tahu caranya. Allah akan membimbing kita, percayalah.” jelas bang Soleh. “Saya jadi optimis, hidup saya akan lebih baik lagi.” kata mang Udin dengan mata berbinar, penuh dengan optimisme. “Insya Allah… kita pasti bisa.” kata bang Soleh. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka diselingi berbagai obrolan kecil yang mengundang senyum dan tawa.

Setelah bertemu dengan Bang Soleh yang sudah sukses memiliki jasa service sepatu premium di salah satu mall, mang Udin menjadi lebih semangat dalam bekerja. Dia jelas terinspirasi oleh bang Soleh. Dalam hatinya dia berharap dan yakin harapannya akan tercapai. Dia selalu berdo’a setiap hari, bahkan bangun malam untuk shalat tahujud dan memanjatkan do’a agar kehidupannya lebih baik. Selain itu, dia meminta istrinya untuk ikut mendo’akannya. Tidak lupa juga, dengan sengaja silaturahim ke rumah orang tua dan mertuanya untuk meminta dorongan do’a. Dan dia setiap hari terus berusaha, menjajakan jasanya dengan pikulannya berkeliling . Rasa optimis ini ternyata menjadikan penghasilan jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Penghasilannya sudah lumayan dan tidak pernah lagi api di dapurnya padam. Tidak pernah lagi anaknya jalan kaki karena tidak punya ongkos ke sekolah. Bahkan mang Udin dan istrinya sudah mulai menabung untuk masa depan kedua anaknya. Perbaikan ekonomi mang Udin tidak menjadikannya malas. Dia malah makin bersemangat dan terus bersyukur serta masih tetap berharap bahwa usahanya akan lebih baik. “Yah, saya bersyukur usaha ayah sudah lebih baik. Hanya saja saya bertanya-tanya, kapan kita akan seperti bang Soleh yah?” kata istrinya sambil membereskan bekas makan malam mereka. “Tenang saja bu, insya Allah suatu saat akan datang saatnya. Seperti kondisi kita saat ini, bukankah ini harapan kita dimasa lalu? Sekarang sudah menjadi kenyataan.” jawab mang Udin, sambil membantu istrinya mengangkat tumpukan piring kotor ke dapur. “Iya, ibu yakin. Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan ayah supaya lebih baik seperti bang Soleh?” kata istrinya sambil menatap suaminya. “Iya juga, selama ini ayah berdo’a dan tetap keliling. Tapi, bagaimana yah caranya supaya bisa ningkatin usaha ayah?” kata mang Udin sambil mikir. “Ya udah, tidak usah dipikirkan. Ibu sudah sangat bersyukur. Bisa makan setiap hari, bisa membekali anakanak ke sekolah, bisa menabung, dan membeli pakaian. Ini sudah lebih dari cukup. Syukuri saja yang ada, tidak usah terlalu muluk-muluk.” kata istrinya sambil melangkah ke dapur mau mencuci piring. Mang Udin memikirkan apa yang dikatakan istrinya. Dia bingung, bagaimana caranya untuk meningkatkan usahanya, meski dia optimis. “Apa yah yang harus saya lakukan?” pikir dia. “Apakah sudah cukup mensyukuri yang ada dan tidak usaha muluk-muluk ingin lebih baik lagi?” pikirannya makin dalam, memikirkan apa yang dikatakan istrinya. Namun dia teringat apa yang dikatakan bang Soleh, bahwa dia pada awalnya juga bingung. Kemudian berubah menjadi bisa. “Oh iya, mungkin sekarang masih bingung, tapi nanti saya akan menemukan jawabannya. Saya tidak akan menyerah untuk hidup yang lebih baik.” itu yang dikatakannya dalam pikirannya, tanpa terasa dia sambil mengepalkan tangannya saking semangat. Ternyata istrinya melihat, sambil tersenyum bertanya: “Ngapain yah, koq kayak mau ninju gitu?” “Ayah tidak akan menyerah!” kata mang Udin sambil menoleh istrinya. “Lho, setahu ibu, ayah tidak pernah menyerah dari dulu. Itu yang membuat ibu dan anak-anak bangga ke ayah.” jawab istrinya sambil tersenyum. “Maksud ayah, saya tidak akan menyerah untuk meraih apa yang ayah inginkan.” jawab mang Udin semangat. “Oooo.” kata istrinya. “Tapi bagaimana caranya yah?” dilanjutkan dengan pertanyaan. “Ayah belum tau sekarang, tapi akan mencari tau. ” jawab mang Udin tetap semangat. “Waw… semangat ni yee… ” kata istrinya sambil tertawa. Keesokan harinya, seperti biasa mang Udin keliling untuk menjajakan jasanya memperbaiki sepatu. Sepulang keliling, dia melihat sebuah sepeda motor di depan rumahnya. Dia bertanya-tanya, itu sepeda motor siapa. “Assalamu’alaikum…” katanya sambil membuka pintu. “Wa’alaikum salam”, jawab istrinya sambil menghampiri mang Udin. Kemudian istri mang Udin mengambil gelas dan mengisinya dengan air teh hangat. “Ini minumnya yah.” kata istri Mang udin sambil menyodorkan gelas. “Terima kasih bu. Itu motor siapa?” tanya mang Udin sambil melirik ke luar. “Oh iya, itu motor bang Soleh.” jawab istrinya. “Mana bang Soleh-nya?” tanya mang Udin semangat. “Tadi kan hanya ibu di rumah, jadi bang Soleh nunggu di Masjid sebelah katanya.” jelas istri mang Udin yang memang tidak pernah menerima tamu bukan muhrim saat suaminya tidak ada di rumah. “Oh, kalau gitu ayah mau susul ke Masjid sekalian shalat Maghrib.” jelas mang Udin yang langsung menuju Masjid di dekatnya. “Assalamu’alaikum bang Soleh.” kata mang Udin begitu melihat bang Soleh yang sedang duduk di teras masjid. Tentu saja bang Soleh menjawab salam dan menyambutnya. Mereka pun berbicang-bincang saling menanyakan kondisi dan keluarga. Mereka terlihat begitu senang dan cerita. Setelah shalat maghrib, mereka pun langsung menuju rumah. Sesampainya di rumah, istrinya sudah menyiapkan makan malam. “Ayo bang, makan dulu.” kata istri mang Udin. “Nggak usah, tidak akan lama koq. Saya hanya ingin mengundang mang Udin ke bengkel sepatu saya di Mall. Kebetulan teman saya mau datang dan ingin ngobrol dengan mang Udin.” kata bang Soleh. “Teman yang memodali abang maksudnya?” tanya mang Udin penasaran sambil penuh harap. “Iya. Tadi pagi ngobrol, katanya ingin buka bengkel sepatu baru di mall lain. Saya menyarankan mang Udin yang mengelolanya.” jelas bang Soleh. “Yang bener?” tanya mang Udin dengan mata berbinar. “Iya… ” jawab bang Soleh sambil tersenyum. “Besok ditunggu sekitar jam 10 pagi.” “Boleh-boleh, insya Allah saya datang.” kata mang Udin dengan semangat. Setelah mereka makan malam, bang Soleh pun pulang. Mang Udin langsung mengucapkan syukur karena mendapatkan peluang yang dia impikan selama ini. “Betul kan bu? Kita jangan menyerah.” kata mang Udin sambil menatap istrinya. “Coba kalau kita menyerah, jangan-jangan peluang ini tidak datang.” lanjut mang Udin memotong istrinya yang akan bicara. “Iya yah, alhamdulillah.” jawab istrinya sambil tersenyum tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Keesokannya, mang Udin sengaja tidak keliling, dia langsung ke Mall untuk menemui teman bang Soleh. Sekitar 1 jam mang Udin, bang Soleh, dan teman bang Soleh berbicara. Kemudian mang Udin pun pulang dengan wajah yang kurang ceria. Sesampainya di rumah, dia disambut istrinya. “Bagaimana yah?” kata istrinya dengan semangat. “Tidak jadi bu.” jawab mang Udin. “Kenapa yah?” tanya istrinya. “Katanya ayah belum siap untuk mengelola bengkel sepatu profesional. Dia minta ayah belajar dulu mengelola usaha.” jelas mang Udin. “Ya udah lah, tidak apa-apa. Kita lanjutkan saja yang sudah berjalan dengan baik.” jawab istrinya dengan raut kecewa, namun berusaha menghibur diri dan suaminya. “Saya tidak akan menyerah bu. Ayah memang kecewa, tetapi pertemuan tadi memberikan hikmah yang luar biasa bagi ayah. Ternyata selama ini, ayah tidak pernah menyiapkan diri, tidak pernah belajar agar siap meningkatkan usaha. Jadi, saat peluang itu datang, ayah tidak siap.” jelas mang Udin masih menyimpan nada semangat. “Kita sudah meminta kepada Allah, namun saat Allah memberikannya, kita sendiri yang tidak siap.” lanjut mang Udin. “Oh gitu… Iya juga. Tapi yang sudah, sudahlah. Kesempatan tidak datang dua kali.” kata istrinya sambil mengambil air minum untuk mang Udin. “Memang betul bu, kesempatan tidak datang dua kali, tetapi mungkin puluhan, ratusan, bahkan jutaan. Saya tidak akan menyerah, ayah akan mempersiapkan diri untuk menyambut peluang-peluang lainnya.” jelas mang Udin makin semangat. Istrinya tersenyum sambil geleng-geleng. “Kenapa bu? Ngejek ayah yah?” tanya mang Udin menatap istrinya penasaran. “Bukan begitu. Ibu jadi tambah kagum ke ayah, dan senang saat ayah mengatakan ‘saya tidak akan menyerah’. Bisa katakan sekali lagi yah?” pinta istrinya sambil menatap mang Udin, tidak lupa sambil tersenyum. Mang Udin pun langsung menyambut permintaan istrinya sambil mengepalkan tangan dan tersenyum: “Insya Allah saya bisa, saya tidak akan menyerah, sebab ada Allah yang membantu saya.”

Setelah gagal membuka jasa sol di sebuah mall mewah, Mang Udin meneruskan profesinya sebagai tukang sol keliling. Setiap hari selalu semangat untuk berkeliling menawarkan jasanya. Senyum dari istri tercinta dan lambaian sayang dari kedua anaknya selalu memberikan energi lebih bagi mang Udin setiap melakukan aktivitasnya setiap hari. Saat melawati sebuah jalan, ada seorang pemuda yang memanggilnya. Pemuda tersebut memegang sebuah sepatu yang pastinya akan diperbaiki. “Ada yang bisa dibantu pak?” tanya mang Udin dengan ramah. “Iya mang, sol sepatu saya copot, bisa diperbaiki? Ini sepatu kesayangan saya.” kata si pemuda itu. “Baik pak, boleh saya lihat?”, kata mang Udin sambil menyodorkan tangannya. Sepatu itu pun diberikan oleh si pemuda kepada mang Udin. Mang Udin kemudian memeriksa sepatu itu. “Ini bisa saya lem pak. Tapi kalau ingin lebih kuat, bisa saya tambahkan tahitan.” kata mang Udin “Nanti jahitannya kelihatan donk.” kata si pemuda. “Tentu saja, tapi jangan khawatir, jahitan yang terlihat tidak akan mengganggu tampilannya untuk model sepatu ini. Mamang lihat, banyak sepatu model kaya gini dengan jahitan terlihat jelas. Jahitan itu dibuat dari pabriknya.” kata mang Udin. “Baiklah, tapi jahitannya yang rapi yah … ” kata si pemuda agak khawatir. “Insya Allah, jahitan mamang memang rapi.” kata mang Udin sambil langsung memperbaiki sepatu itu. Setelah selesai, si Pemuda nampak puas. Jahitannya rapi dan sepatu itu justru terlihat lebih bagus. “Wah bagus sekali mang.” kata si pemuda. “Berapa?” “Seperti biasa saja pak.” kata mang Udin. Setelah sepakat harga, mang Udin menerima bayaran plus tip dari si pemuda tersebut. “Jahitan mamang bagus sekali, mengapa tidak membuka service sepatu profesional saja? Seperti di pertokoan atau di mall?” tanya si pemuda. “Tapi, tidak semudah itu pak.” kata mang Udin. “Saya sudah mencobanya, tetapi saya gagal. Katanya saya belum siap untuk mengelola service profesional pak.” “Memangnya kenapa mang?” tanya si pemuda menyelidiki. “Katanya, mamang tidak ngerti manajemen dan keuangan. Maklum saja pak, saya bukan orang sekolahan.” kata mang Udin menjelaskan. “Mamang dulu waktu masih kecil bisa memperbaiki sepatu tidak?” tanya si pemuda. “Ya tidak pak, mamang bisa memperbaiki sepatu karena terpaksa. Karena tidak ada pekerjaan, mamang belajar ke teman mamang. Terus mamang jadi tukang sol sampai sekarang.” “Tuh kan, mamang asalnya tidak bisa memperbaiki sepatu, sekarang jadi sangat ahli.” kata si pemuda. “Terima kasih pak atas pujiannya.” jawab mang Udin sambil tersenyum. “Mamang belum mengerti maksud saya.” kata si pemuda. “Memang maksud bapak apa?” tanya mang Udin bingung. “Dulu mamang tidak bisa memperbaiki sepatu, sekarang jadi bisa. Artinya, meski pun mamang sekarang tidak bisa manajemen dan keuangan, nanti mamang akan bisa jika mau belajar.” kata si pemuda “Tapi tidak semudah belajar sol. Manajemen dan keuangan kan susah, sementara mamang tidak sekolah tinggi.” jawab mang Udin. “Betul mang, memang tidak mudah. Untuk maju kita harus melalui berbagai kesulitan, termasuk sulitnya belajar.” jelas si pemuda. “Lagi pula, mamang tidak perlu mahir bener dalam manajemen dan keuangan. Pelajari saja yang praktis dan aplikatif untuk pekerjaan mamang. Tidak perlu harus menjadi sarjana manajemen dan keuangan.” “Oh gitu… Dimana saya bisa belajar?” tanya mang Udin. “Sekarang banyak kursus mang. Mamang bisa ikut kursus manajemen dan keuangan UKM. Tidak sulit koq.” jelas si pemuda. “Mahal tidak pak?” tanya mang Udin. “Mahal tidaknya relatif mang.” “Penghasilan tukang sol itu tidak besar pak, mana cukup untuk ikut kursus.” jelas Mang Udin. “Sekali lagi, memang tidak mudah. Jika kita ingin maju, kita harus mau berkorban, salah satunya investasi untuk kepala kita. Itu adalah pilihan, apakah mamang akan begini terus atau ingin maju. Jika betah dengan kehidupan seperti ini, silahkan lanjutkan tanpa harus mengorbankan uang dan waktu untuk memperbaiki diri.” kata si pemuda. “Betul sekali pak.” kata mang Udin sambil manggut-manggut. “Saya dapat 3 keuntungan hari ini, yang harus saya syukuri.” kata mang Udin. “Apa itu mang?” tanya si pemuda penasaran. “Pertama mamang dapat pekerjaan perbaikan sepatu dari bapak. Kedua saya dapat tip dari bapak. Dan, ketiga saya dapat nasihat dari bapak yang luar biasa. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.” kata mang Udin. “Alhamdulillah. Mamang hebat. Pandai sekali menyukuri setiap nikmat yang mamang dapatkan. Saya jadi belajar dari mamang.” kata si pemuda. “Itu kan sudah kewajiban kita sebagai manusia, berterima kasih kepada Allah yang memberi banyak nikmat.” kata mang Udin. “Saya yakin, Allah akan membukakan pintu rezeki buat mamang lebih lebar lagi, karena mamang pandai bersyukur.” tanya si pemuda itu. “Insya Allah, saya yakin itu. Selama ini saya berdo’a semoga Allah menunjuki saya jalan untuk hidup lebih baik dan saya dipertemukan dengan bapak disini. Penjelasan bapak seolah ada tambahan cahaya yang menerangi jalan saya. Terima kasih pak.” kata mang Udin dengan wajah serius. “Luar bisa. Saya sering berbicara dan memberikan saran ke banyak orang. Kebanyakan mereka malah mengeluh dan beralasan. Tapi tidak dengan mamang. Saya lihat ada potensi sukses pada di mamang.” kata pemuda itu. “Benarkah?” kata mang Udin dengan antusias. “Ya tentu saja. Mamang memiliki pikiran positif. Mindset mamang sudah bagus, mindset seorang yang sukses. Lanjutkan, tidak lama lagi hidup mamang akan lebih baik lagi. Saya optimis.” kata si pemuda sambil pamit dan masuk rumahnya. Mang Udin, tambah optimis dan memiliki kepercayaan diri semakin besar untuk meraih hidup yang lebih baik lagi. Dia pun yakin, pertolongan Allah akan terus bersamanya selama dia mau menerimanya dan bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.

Sumber:
http://www.motivasi-islami.com/tapi-tidak-semudah-itu/
Posted by Rahmat ST On March 31, 2009




Kamis, 26 Juli 2012

Istilah di dunia maya


repot juga kalau mau dihafal semua istilah didunia maya ini :

AAMOF – As A Matter Of Fact = Seperti dijelaskan pada fakta (?)
AFAIK – As Far As I Know = Sejauh yang saya tahu
AFAIC – As Far As I’m Concerned = Sejauh yang saya konsern
AFAICT – As Far As I Can Tell = sejauh yang saya bisa ceritakan
AFK – Away From Keyboard = lagi jauh dari papan-ketik
            (jika terpaksa meninggalkan chat-room karena sesuatu hal)
ASAP – As Soon As Possible = sesegera mungkin
ASL – Age, Sex, LocationS = Umur, Jenis genital, lokasi
BAK – Back At Keyboard = Kembali ke papan-ketik
BBL – Be Back Later = Akan kembali nanti (jika hendak meninggalkan chat-room sementara waktu)
BITMT – But In The Meantime = Tetapi dalam kurun waktu
BOT – Back On Topic = kembali ke topik
BRB – Be Right Back = Saya kembali…
BTW – By the way
C4N – Ciao For Now = idem dengan
CU – See you = sampai jumpa (untuk keluar/mengakhiri chat/topik)
CMIIW – Correct Me If I’m Wrong = Perbaiki saya jika saya salah
CRS – Can’t Remember “Stuff” = Tidak ingat “benda” yang dimaksud
CU – See You = idem C4N
CUL(8R) – See You Later = idem C4N
CWOT – Complete Waste Of Time = Sangat menghabiskan waktu saja
CYA – See Ya = idem C4N
DIY – Do It Yourself = Kerjakan sendiri
EOD – End Of Discussion = akhir diskusi
EZ – Easy =gampang, mudah
F2F – Face To Face = kopdar, ketemuan fisik
FAQ – Frequently Asked Questions = hal-hal yang sering ditanyakan
FBOW – For Better Or Worse = untuk baik atau buruk
FOAF – Friend Of A Friend = teman dari teman
FOCL – Falling Off Chair Laughing = sampai jatuh dari bangku karena tertawa (menertawakan sesuatu yang sangat lucu, hampir sama dengan LOL – Laughing Out Loud)
FWIW – For What It’s Worth = Untuk apa itu berguna
FYA – For Your Amusement = Untuk kesenanganmu (biasanya merujuk pada games)
FYI – For Your Information = Untuk informasimu (biasanya untuk memberikan informasi tertentu)
/ga – Go Ahead = ayolah
GAL – Get A Life = dapatkan hidup(mu) (biasanya merujuk untuk orang yang addicted (kecanduan) pada sesuatu hingga lupa makan, tidur atau minum)
GBTW – Get Back To Work = kembali kerja
GFC – Going For Coffee = pergi untuk minum kopi
GFETE – Grinning From Ear To Ear = bisik-bisik (?)
GMTA – Great minds think alike = sebagian besar pemikiran (orang) berpikir sama
GR&D – Grinning, Running & Ducking = kernyih, berlarian dan menunduk
GTG – Got To Go = Harus pergi
GTGTTBR – Got To Go To The Bathroom = harus pergi ke kamar kecil
GTRM – Going To Read Mail = mau baca surat elektonik
HAND – Have A Nice Day = semoga mendapatkan hari baik
HHOK – Ha Ha Only Kidding = Ha ha hanya bercanda
HTH – Hope This Helps = Berharap ini dapat menolong (biasanya merujuk pada sebuah artikel)
IAC – In Any Case = Pada kasus apapun
IAE – In Any Event = Pada event apapun
IC – I See = saya mengerti
IDGI – I Don’t Get It = saya tidak mengerti
IMCO – In My Considered Opinion = dalam anggapan saya
IMHO – In my humble opinion = dengan kerendahan hati, pendapat saya….
IMNSHO – in My Not So Humble Opinion = dengan tidak rendah hati, pendapat saya (kebalikan IMHO)
IMO – In My Opinion = dalam pendapat saya
IMPE – In My Personal Experience = dalam pengalaman pribadi saya
IMVHO – In My Very Humble Opinion = dengan sangat rendah hati, pendapat saya….
IOW – In Other Words = dengan kata lain
IRL – In Real Life = dalam kehidupan sesungguhnya
ISP – Internet Service Provider = Penyedia jasa internet
IYKWIM – If You Know What I Mean = Jika kamu tahu apa yang saya maksud
JIC – Just In Case = hanya dalam kasus tertentu
J/K – Just kidding = hanya bercanda
KISS – Keep It Simple Stupid = buat itu gampang, [*red : sorri kata terakhir artikan sendiri]
L8TR – Later = nanti
LD – Later dude = nanti bung
LOL – Laughing Out Loud = tertawa terbahak-bahak
LTNS – Long Time No See = sudah lama tidak jumpa
MorF – Male or Female, or person who asks that question = laki-laki atau perempuan, atau orang yang bertanya
MTCW – My Two Cents Worth = berharga dua sen (biasanya untuk meledek sesuatu yang dianggap “murahan”)
NRN – No Reply Necessary = tidak perlu dibalas
ONNA – Oh No, Not Again! = oh tidak, tidak lagi!
OTOH – On The Other Hand = dalam tangan lainnya
OTTOMH – Off the top of my head = di atas kepala saya
OIC – Oh I See = oh saya mengerti
OOT – Out Off Topic = Diluar Bahasan
OTF – On The Floor = di atas lantai
OLL – Online Love = cinta online
PLS – Please = silahkan
PU – That Stinks! = Itu bau! (Untuk berseru ketika menemukan sesuatu yang menjengkelkan)
REHI – Hello Again (re-Hi!) = halo lagi
ROFL – Rolling On Floor Laughing = Tertawa sampai terguling-guling di lantai
ROTF – Rolling On The Floor = berguling-guling di lantai
ROTFL – Rolling On The Floor Laughing = idem ROFL
RSN – Real Soon Now = Sesegera mungkin
RTDox – Read The Documentation/Directions = Baca dokumentasi/Petunjuk
RTFM – Read The Frickin’ Manual = Baca manual
RUOK – Are You OK? = Apakah kamu ok?
SNAFU – Situation Normal; All Fouled Up = Situasi normal; semua dibohongi (setelah adanya provokasi (biasanya dari spammer))
SO – Significant Other = sama dengan yang lain
SOL – Smiling Out Loud (or Sh*t Out of Luck) = Tersenyum lebar-lebar
TANSTAAFL – There Ain’t No Such Thing As A Free Lunch = Tidak ada yang penting seperti makan siang gratis
TAFN – That’s All For Now = Itu semua untuk sekarang
TEOTWAWKI – The End Of The World As We Know It = Kiamat seperti yang kita tahu
THX – Thanks = terima kasih
TIA – Thanks In Advance = terima kasih sebelumnya
TLK2UL8R – Talk to you later = bicara denganmu nanti
TMK – To My Knowledge = dari pengetahuan saya
TOS – Terms Of Service = Aturan dari pelayanan
TPTB – The Powers That Be = Pemilik kekuatan yang bisa
TSWC – Tell Someone Who Cares = Ceritakan seseorang yang peduli
TTBOMK – To The Best Of My Knowledge = Dari pengetahuan terbaik saya
TTFN – Ta-Ta For Now = idem CU
TTYL(8R) – Talk To You Later = idem TLK2UL8R
TWIMC – To Whom It May Concern = Untuk siapa saya yang peduli
Txs – Thanks = terima kasih
URL – Web Page Address = alamat laman
w/b – Welcome Back = Selamat datang/ kembali lagi
w/o – Without = tanpa
WRT – With Regard To = dengan penghargaan ke
WTG – Way To Go = arah, sesuatu akan dimulai
WU? – What’s Up? = apa yang terjadi?
WWW – World Wide Web = Jejaring Besar Dunia
WYSIWYG – What You See Is What You Get = Apa yang kamu lihat itulah yang kamu dapat
Y2K – Year 2000 = tahun 2000
YGIAGAM – Your Guess Is As Good As Mine = Tebakanmu seperti saya
YGWYPF – You Get What You Pay For = Apa yang kamu dapat itu yang kamu bayar
YMMV – Your Mileage May Vary = [*red yang ini susah terjemahinnya ni...]
ZZZ – Sleeping = Tidur


Sabtu, 21 Juli 2012

Bung Karno dalam warna

Tidak banyak kita melihat  Bapak Proklamasi kita dalam photo berwarna.





Rabu, 02 Mei 2012

Daun Africa (South Africa Leaf ) / Nan Fei Shu


 Di Cina Daun Afrika Selatan ternyata sudah sejak dulu dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman obat yang sangat mujarab. Mereka menyebutnya Nan Fei Shu. Di sebagian daratan Cina ada yang menyebut Nan Hui Ye.  Konon tanaman ini dahulu digunakan oleh kalangan petinggi di lingkungan kekaisaran Cina sebagai obat untuk berbagai penyakit. Sehingga para petinggi pada masa kekaisaran Cina banyak yang menanam Nan Fei Shu di halaman belakang rumah.

 Di Asia Tenggara sendiri, terutama di Malaysia dan Singapura, Daun Afrika Selatan sudah banyak sekali digunakan. Sebagian masyarakat Malaysia menyebutnya dengan  "Daun Kupu kupu" (butterfly leave) Kegunaan yang paling menonjol adalah untuk pengobatan diabetes, hipertensi, mengurangi kolesterol jahat, asam urat, pengerasan hati bahkan kanker hati dan pembuangan racun dari tubuh (detoksifikasi).

 Daun Afrika Selatan ini bermanfaat untuk mencegah berbagai macam penyakit, yakni : Diabetes, Gangguan Hati bahkan Kanker Hati, Susah Tidur, Kolestrol, Darah Tinggi, Infeksi Persendian, Kesemutan, Demam, Pusing Kepala, Silinder, Menambah Nafsu Makan, Infeksi Kerongkongan, Menguatkan Fungsi Paru-paru, Menghilangkan Dahak, Melancarkan Buang Air Seni, Bengkak Pada Bagian Kaki, Menguatkan Fungsi Lambung, Raumatik, Batuk, Antibiotik / Menghilangkan Racun, Menghilangkan Flek Flek Hitam.



 
  Hindari jika merebusnya hingga mendidih karena dapat menghancurkan enzim yang dikandungnya. 

Ambil 3 ~ 5 lembar daun afrika ini dan rebus dengan 1 gelas air, dan sebaiknya jangan sampai sampai mendidih. Dapat juga dimakan dengan cara dikunyah.
Atau dapat dibuat juice, ambil 3 - 4 helai daun, potong-potong kecil. 2 Apel hijau, jus dengan juicer.


 Jika anda berada di kota Jambi dan membutuhkan daun ini dapat menghubungi saya di email : togibm@gmail.com
 

sumber : http://naturindonesia.com/diabetes-militus/daun-afrika-selatan.html
              http://daunafrikaselatan.blogspot.com/

Kamis, 05 April 2012

Sudahkan Anda Membaca al-Qur’an Hari Ini…?

بسم الله الرحمنِ الرحيم. الحمد لله رب العالمين وصلى الله على سيدنا محمد النبي الأمي وآله الطاهرين وصحابته أجمعين
Alhamdulillah, Kitabullah al-Karim, kitab Allah mulia yang diturunkan atas nabi kita Rasulullah Muhammad SAW masih berada di pangkuan kita tanpa kurang atau bertambah satu huruf pun. Tidak ada yang sanggup dari kerajaan yang bagaimanapun besarnya di dunia untuk menambah atau mengurangi ayat al-Qur’an al-Karim itu. Sekalipun semua manusia dan jin seluruhnya dikumpulkan untuk mendatangkan seumpama Al Qur’an al-Karim maka mereka sekali-kali tidak akan sanggup membuatnya walaupun hanya satu baris apalagi dua baris.
Allah SWT yang akan senantiasa menjaga dan memelihara al-Qur’an al-Karim, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
Yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS al-Hijr: 9)
Jaminan penjagaan Allah SWT terhadap al-Qur’an al-Karim ini menjadikannya tetap dalam keasliannya sebagaimana ia diturunkan. Al-Qur’an al-Karim tetap kokoh berdiri hingga sekarang, kemuliannya tak terkontaminasi oleh segala cela dan tidak ternodai oleh campur tangan kotor manusia. Al-Qur’an al-Karim senantiasa tetap terjaga dan terpelihara dari berbagai perubahan dan penggantian sampai hari kiamat nanti sehingga dakwah Nabi Muhammad SAW akan tetap berlaku hingga hari kiamat. Sampai suatu hari nanti, di akhir zaman, al-Qur’an yang mulia tulisannya diangkat oleh malaikat. Malaikat angkat tulisan al-Qur’an al-Karim yang berada di dalam mushaf al-Qur-an yang mulia itu sehingga tiba-tiba pada suatu masa hanya tinggal kertas belaka, tidak ada tulisannya lagi.
Kita mesti bersyukur karena al-Qur’an al-Karim masih bisa kita temui di mana-mana, di rumah kita, di musholla, masjid, madrasah, majelis ta’lim, pondok pesantren, perkantoran, dan lain sebagainya. Umat Muslim mestinya bangga dengan al-Qur’an yang mulia, cinta kepada al-Qur’an al-Karim. Itulah Muslim yang sesungguhnya. Tapi, apakah kita layak disebut seorang Muslim? Jawabannya gampang saja. Berapa lama kita meluangkan waktu dalam sehari untuk baca dan memahami isi kandungan al-Quran al-Karim?
Sudahkan Anda Membaca al-Qur'an Hari Ini?
Coba bandingkan, berapa cepat kita membaca koran dan al-Quran al-Karim setiap hari? jawabannya, banyak kaum Muslim, lebih cepat membaca koran dibanding kitab suci pegangan mereka sendiri. Padahal, membaca al-Qur’an al-Karim merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah SWT. Sekali lagi, al-Qur’an al-Karim adalah dijadikan ibadah dalam membacanya dan akan diberikan pahala yang besar oleh Allah SWT bagi orang yang membacanya. Ya, membaca al-Qur’an al-Karim adalah ibadah.
Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca al-Qur’an al-Karim adalah wajib ‘ain. Ini berarti setiap individu yang mengaku dirinya Muslim harus mampu baca al-Qur’an al-Karim dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa. Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an al-Karim tanpa mau membaca dan memahaminya. Beriman terhadap al-Qur’an al-Karim bukan sekedar percaya saja, namun mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sungguh membaca al-Qur’an al-Karim adalah keuntungan dan ibadah yang sangat besar pahalanya di sisi Allah SWT. Lebih-lebih bagi orang yang mengetahui maknanya atau artinya dalam pembacaan al-Qur’an al-Karim itu akan diberi pahala yang berlipat ganda lebih besar. Tapi, kalau orang membaca al-Qur’an al-Karim hanya maknanya saja maka itu bukan membaca al-Qur’an al-Karim.
Cobalah tengok, kini sudah banyak orang membaca al-Qur’an al-Karim hanya maknanya dan tidak lafadznya. Padahal, makna al-Qur’an al-Karim itu bisa bermacam-macam tetapi lafadznya tidak ada perubahan. Dijadikannya al-Qur’an yang mulia sebagai bentuk ibadah dalam membacanya adalah lafadznya bukan maknanya. Yang paling sempurna dengan kita membaca lafadznya dulu sebelum membaca maknanya. Akan tetapi, pada suatu saat nanti ini akan berkurang, berkurang, dan berkurang karena orang sudah tidak bisa membaca lagi huruf al-Qur’an al-Karim. Dan ini sudah tampak, betapa banyak orang yang mengaku Muslim, mengaku umat Islam, mengaku umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW, tetapi tidak bisa baca huruf al-Qur’an al-Karim.
Kita sadari atau pun tidak, kalau kita mau jujur pada diri sendiri, anak-anak zaman sekarang ini sudah jauh dari al-Qur’an yang mulia. Tidak menyesal seorang ayah dan ibu kalau anaknya buta huruf al-Qur’an al-Karim. Tidak menyesal orang tua yang melihat anaknya tidak bisa membaca al-Qur’an al-Karim. Tidak ada penyesalan sama sekali dalam meninggalkan al-Qur’an al-Karim, tidak disentuh lagi itu al-Qur’an yang mulia, tidak dibuka lagi itu al-Qur’an yang mulia, apalagi membacanya. Baca al-Qur’an al-Karim jauh daripada kita. Siang dan malam hari, al-Qur’an yang mulia tidak hampir kepada kita.
Allah SWT memberikan kita waktu 24 jam dalam sehari. Selama seharian itu, kita sering terbuai oleh aktivitas kerja sehari-hari, kita asyik mengobrol dan berbincang dengan teman, asyik menonton acara televisi dan asyik membaca koran ataupun majalah. Semua itu kita mampu lakukan berlama-lama hingga tanpa terasa waktu 24 jam kita telah habis berganti. Aktivitas ini terus berulang kita lakukan. Tapi, bila kita dihadapkan untuk berbicara, berinteraksi dengan Allah SWT melalui surat cinta yang diturunkan-Nya tak mampu kita lakukan. Kita malah berpaling dan membelakanginya dengan berbagai alasan seolah tiada guna dan manfaatnya. Tidak terbesit dalam diri kita untuk meluangkan waktu sedikit saja untuk membaca al-Qur’an al-Karim.
Ingatlah, Rasulullah Muhammad SAW sudah berpesan kepada kita bahwa orang yang paling baik menjadi umat Nabi SAW adalah yang belajar dan yang mengajar al-Qur’an al-Karim. Sayangnya kita menutup telinga kita rapat-rapat pesan mulia yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW ini. Kita harus jujur memang baru seperti ini kadar keimanan kita. Buktinya, kalau buka akademi al-Qur’an al-Karim rasanya sepi peminatnya. Yang gratis tidak dipungut biaya sekalipun masih enggan belajar al-Qur’an al-Karim. Dan sering kita mendengar seseorang berkata,
Zaman udah canggih begini masih saja belajar Qur’an? Kuno, jadul banget sih, nggak gaul, hari gini masih ngaji Qur’an, ngapain?“.
Orang-orang seperti ini akan ditonton besok di hari kiamat dan al-Qur’an al-Karim akan menjelma dan mengadu di hadapan Allah SWT,
Ya Rabb, orang ini hinakan aku, aku akan jerumuskan dia ke dalam neraka“.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa siapa yang menjadikan al-Qur’an al-Karim di belakangnya, dia tidak buka, dia tidak baca, dia tidak senang, maka al- Qur’an al-Karim akan mendorong orang itu ke dalam api neraka Jahannam. Na’udzubillah.
Begitulah kondisi umat Islam saat ini yang berat rasanya kaki melangkah untuk belajar al-Qur’an yang mulia itu yang menjadi kitab suci pedoman hidup mereka. Tapi lihatlah sebaliknya, orang-orang akan antri dan berebut mendaftarkan anaknya di akademi-akademi bahasa asing. Tidak sedikit biaya yang mereka keluarkan demi masuk ke akademi bahasa asing tersebut. Mereka rela menempuh jarak ribuan mil demi mendaftarkan anaknya ke akademi tersebut. Musholla, masjid, dan madrasah-madrasah yang ada di dekat rumahnya yang mengajarkan baca tulis al-Qur’an al-karim dilewati begitu saja. Tak ada istilah kata penyesalan dalam kamusnya bila anaknya tidak bisa baca tulis huruf al-Qur’an al-Karim yang penting bisa baca tulis bahasa asing. Ini Kalam Allah, Kalam Allah, Kalam Allah SWT yang mulia begitu tak ada harganya lagi dinilai kepada manusia yang katanya sudah maju dan modern. Begitu bangganya seseorang mampu berbahasa asing, mampu menulis huruf bahasa asing  tapi tidak mampu untuk membaca al-Qur’an yang mulia. Dia tidak kenal huruf al-Qur’an al-Karim.
Selama ini kita mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun tidak dengan al-Qur’an al-Karim. Kita mampu membaca dan mengkhatamkan surat kabar yang jumlah kata atau hurufnya hampir sama dengan 1 juz al-Qur’an al-Karim dalam waktu belasan menit, namun kita tidak mampu membaca beberapa halaman dari al-Qur’an al-Karim. Begitu pula kita mampu membaca majalah yang tebalnya seperempat atau sepertiga al-Qur’an al-Karim dalam waktu beberapa jam, namun giliranya membaca al-Qur’an al-Karim kita tidak mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama. Bahkan kita mampu membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang tebalnya sama dengan al-Qur’an al-Karim dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu mengkhatamkan al-Qur’an al-Karim dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun. Inilah kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.
Cobalah disamping kita membaca buku dan koran yang begitu banyaknya di pagi, siang, sore, dan malam hari, kita berikan waktu baca al-Qur’an yang mulia. Tidak akan rugi bagi orang yang membaca al-Qur’an al-Karim justru sebaliknya keuntungan besar yang bakal diraih. Ketahuilah, besok al-Qur’an al-Karim itu akan menjelma di hadapan Allah SWT untuk membela orang yang membacanya. Itu al-Qur’an al-Karim akan berbicara di hadapan Allah SWT,
Ya Rabb, kalau malam orang itu baca aku, aku akan berikan syafaat kepada dia“.
Al-Qur’an al-Karim kelak akan memberikan syafaat kepada kita di saat kita sangat membutuhkan syafaat tersebut. Namun, bagaimana bisa al-Qur’an yang mulia mau memberikan syafaat kepada kita, sementara kita tidak mau kenal? Apakah ada orang yang mau memberikan syafaat dan pertolongan kepada orang yang dia tidak kenal? Coba kita pikir, sejenak pikiran kita layangkan, apakah ada orang yang kita tidak kenal kita mau berikan syafaat? apakah mau memberikan pertolongan? Al-Qur’an yang mulia akan bela orang-orang yang membacanya, al-Qur’an al-Karim bela itu orang yang membacanya,
Ya Allah, dia baca aku kalau malam. Aku akan berikan syafaat kepada dia menolong supaya Engkau ampuni dosanya. Orang ini akan aku bawa ke dalam surga“.
Dan diterimalah syafaat al-Qur’an al-Karim di hari kiamat. Ini kita tidak berkenalan, anak kita nggak kenal al-Qur’an al-Karim, kita nggak bisa baca al-Qur’an al-Karim, istri kita nggak bisa baca al-Qur’an al-Karim lalu bagaiman al-Qur’an al-Karim mau bela mereka nanti, semasa mereka hidup saja tidak kenal dan tidak tahu serta tidak mau tahu tentang al-Qur’an al-Karim. Lalu bagaimana kalau ditanya,
Siapa Imammu?
Sementara mereka sudah hinakan itu al-Qur’an al-Karim, tidak mau baca, lihat baris huruf al-Qur’an al-Karim pun tidak begitu senang. Kemasukan apa sampai hati kita seperti ini.
Perhatikan, banyak kaum Muslim –bahkan lulusan S2, S3, bergelar profesor sekalipun– tak pernah sekalipun baca al-Quran al-Karim. Bertahun-tahun mereka bergelut membaca buku-buku yang super tebal yang jauh lebih tebal dari al-Qur’an al-Karim. Mereka kuasai itu buku yang super tebal. Sayangnya mereka masih tidak mengerti hukum-hukum Islam yang hanya berskala kecil-kecil untuk kebutuhan mereka sendiri. Padahal dalam al-Quran al-Karim, semuanya sudah tertuang sangat lengkap. Karena itu, jangan heran di berbagai media; seperti TV, radio, koran atau majalah dipenuhi pertanyaan masalah hukum agama yang mengulang-ulang dari tahun ke tahun. Sebut saja, pertanyaan seputar hukum zakat, thaharah, dan lain-lain. Padahal, jika mereka kaum Muslim mau merelakan waktunya membaca dan memahami al-Quran yang mulia itu, mereka akan paham kandungannya.
Yang terjadi sebaliknya, mengaku Muslim, tetapi selalui awam urusan kaum Muslim sendiri. Sungguh ironis!
Sejatinya kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih. Mereka menjadikan al-Qur’an al-Karim sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak pernah bosan dan kenyang dengan al-Qur’an al-Karim, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
Kalau hati kita bersih, maka kita tidak pernah kenyang dengan al-Qur’an al-Karim.”
Lihatlah bagaimana Salafus saleh mampu menaklukan dunia, itu karena mereka senantiasa menanamkan al-Qur’an yang mulia dalam diri kehidupan mereka. Mereka senantiasa membaca al-Qur’an al-Karim, dan mereka pun mendapatkan banyak kebaikan. Sangat bertolak belakang dengan kondisi umat Islam saat ini, terjajah, terhina, dan tertindas oleh orang-orang kafir. Tidak sedikit yang dibunuh dengan terang-terangan. Bahkan lebih menyedihkan justru datang dari umat Muslim sendiri yang saling menjatuhkan, mengejek, menghina, menfitnah terhadap sesama Muslim. Semua ini dikarekan mereka sudah dijauhkan dari al-Qur’an al-Karim.
Mari mengaji dan belajar al-Qur’an al-Karim
Padahal, keuntungan yang besar bakal diperoleh bagi siapa pun yang dekat dengan al-Qur’an yang mulia itu. Berbagai keutamaan dan keuntungan akan diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an al-Karim. Yang mana keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya seperti surat kabar, majalah, buku, novel, dan sebagainya. Diantara keutamaan dan keuntungan orang yang membaca al-Qur’an al-Karim adalah;
Pertama, orang yang membaca al-Qur’an al-Karim akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah Muhammad SAW bersabda, ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa membaca al-Qur’an al-Karim maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah SAW, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an al-Karim yang dibaca selama ia hidup di dunia.
Kedua, Rasulullah Muhammad SAW menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an al-Karim, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an al-Karim dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah SWT orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an al-Karim dan mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang yang pandai membaca al-Qur’an al-Karim akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad SAW, ”Orang yang pandai membaca al-Qur’an al-Karim akan ditempatkan bersama kelompok para malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an al-Karim dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an al-Karim dan meninggalkannya. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah SWT meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an al-Karim dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an al-Karim.” (H.R Muslim). Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena mereka mengamalkan al-Qur’an al-Karim dan sunnah Rasul SAW. Maka Islampun berjaya pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun, setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an al-Karim sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an yang mulia.
Kelima, orang yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah SWT. Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda, ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim). Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““...Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang.”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Al-Qur’an al-Karim merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an yang mulia itu.
Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Muhamad SAW bersabda, ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf.” (H.R at-Tirmizi). Bahkan, membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu halaman al-Qur’an al-Karim? Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu? Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.
Dan masih banyak lagi keutamaan dan keuntungan yang akan diberikan kepada umat Islam yang mau berinteraksi dengan al-Qur’an yang mulia itu. Begitu hebatnya al-Qur’an yang mulia itu sampai-sampai membacanya saja menjadi ibadah yang sangat luar biasa dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Tidak ada bacaan manapun yang mampu menandingi bacaan seperti al-Qur’an al-Karim.
Coba renungkan sejenak, kapan terakhir kali Anda membaca al-Qur’an al-Karim? Setahun, sebulan, seminggu, atau Ramadhan yang lalu, atau sampai tidak ingat sama sekali karena lamanya tidak buka dan baca al-Qur’an al-Karim?. Sudahkah anda membaca al-Qur’an al-Karim hari ini? Kalau belum, jangan tunda-tunda lagi sebelum ajal datang tanpa kita ketahui, segera ambil air wudlu sekarang, cari mushaf al-Qur’an al-Karim Anda, bukalah al-Qur’an al-Karim tersebut, dan mulailah membaca al-Qur’an al-Karim, satu ayat, dua ayat, tiga ayat, satu halaman, dua halaman, satu juz, dua juz, hingga akhirnya khatam al-Qur’an al-Karim. Apabila belum bisa baca, segera cari guru yang menurut anda bisa mengajarkan Anda dengan baik. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau belajar al-Qur’an yang mulia itu.
Mari jadikan membaca al-Qur’an al-Karim sebagai menu makanan kita sehari-hari. Apabila kita tidak makan maka kita akan mati kelaparan begitu pun dengan membaca al-Qur’an yang mulia, bila kita tidak membacanya sehari saja maka hati kita akan kelaparan dan akhirnya bisa mati.
Sahabat, sudahkan Anda membaca al-Qur’an hari ini…?


(KH. Abdullah Syafi’i/Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA/Hidayatullah.com/elhooda)
 

Jumat, 23 Maret 2012

Hukum Berburuk Sangka Dan Mencari Kesalahan

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr
dikutip dari www.almanhaj.or.id


Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]

Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah seduta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563]

Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”

Ibnu Katsir menyebutkan perkataan Umar di atas ketika menafsirkan sebuah ayat dalam surat Al-Hujurat.

Bakar bin Abdullah Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.

Disebutkan dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285) bahwa Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi berkata : “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.

Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selemat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu” [Lihat Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)]

Komentar saya : “Alangkah baiknya jawaban dari Iyas bin Mu’awiyah yang terkenal cerdas itu. Dan jawaban di atas salah satu contoh dari kecerdasan beliau”.

Abu Hatim bin Hibban Al-Busti bekata dalam kitab Raudhah Al-‘Uqala (hal.131), ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya”.

Beliau juga berkata pad hal.133, “Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita”.

[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al’Abbad Al-Badr, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]











sumber : http://renilightofeyes.abatasa.com/post/detail/924/hukum-berburuk-sangka-dan-mencari-kesalahan-

Senin, 26 September 2011

Antara Nasihat dan Fadhihah (Membuka Aib)



Kirim Print
pp0400Muhammad bin Ali Al-Su’wi
Sesungguhnya memberikan nasihat kepada kaum muslimin; baik berupa bimbingan kepada kebenaran yang nyata atau pun peringatan dari kebatilan dan para pelakunya, terhitung bagian dari agama.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الدِّينُ النَّصِيحَةُ قَالُوا لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Rasulullah saw. bersabda: “Agama adalah nasihat”, para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Rasulullah saw. bersabda: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum”. (Bukhari, Muslim dan ahli hadits lainnya)
Al-Khaththabi berkata: “Nasihat adalah sebuah kosa kata yang bersifat merangkum dan menghimpun banyak arti, maknanya adalah: mendatangkan kebaikan kepada pihak yang dinasihati”.
Tidak diragukan lagi bahwa manusia berpotensi salah dan cenderung menyimpang dari al-haq dan kebenaran. Tersebut dalam hadits:
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ اَلتَّوَّابُوْنَ
“Semua anak keturunan manusia bersifat salah, dan sebaik-baik mereka yang salah adalah yang paling banyak bertaubat”. (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dan termasuk hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah hendaklah ia menunjukkan kepada saudaranya tentang aib dan kesalahannya, dan hendaklah ia menasihatinya dalam perkara dan urusannya. Tetapi, nasihat itu hendaklah dilakukan dengan lembut dan hikmah. Hendaklah seorang muslim berhati-hati, jangan sampai menghina saudaranya dan menuduhnya hanya berdasar kepada sekedar persangkaan saja, sebab, persangkaan itu adalah seburuk-buruk pembicaraan, dan cukuplah hal ini sebagai kejahatan. Rasulullah saw. bersabda:
بِحَسْبِ اِمْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ اَلْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang itu menjadi jahat saat ia menghina saudaranya yang muslim” (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Jika ada mendengar – seorang muslim – tentang saudara muslim lainnya sesuatu yang tidak disuka, jangan segera membenarkan perkataan tentang saudaranya itu. Justru kewajibannya adalah untuk melakukan tatsabbut (klarifikasi) sehingga dirinya mendapatkan keyakinan tentangnya, sebab, kebanyakan manusia telah terbiasa menyebarluaskan keburukan secara bathil, dan banyak pula manusia yang suudzan (buruk sangka) nya lebih cepat daripada husnuzhan (berbaik sangka) nya, oleh karena itu, jangan membenarkan setiap perkataan, walaupun dirinya mendengarnya berulang kali sehingga dirinya mendengarnya dari yang menyaksikan secara langsung, dan jangan membenarkan orang yang menyaksikannya secara langsung sehingga dirinya memastikan kebenaran atas apa yang disaksikannya, dan jangan membenarkan orang yang telah membuktikan kesaksiannya sehingga dirinya memastikan kebersihannya dari tendensi khusus dan hawa nafsu. Untuk inilah Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk menjauhi banyak persangkaan, dan memandang sebagian persangkaan itu sebagai dosa, sebab zhan itu bertolak belakang dengan ilmu dan ia tidak memberi arti apa-apa terhadap kebenaran. Allah swt. berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”. (Al-Hujurat: 12).
Firman Allah yang lain:
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran” (An-Najm: 28).
Dan jika seseorang melihat suatu urusan, atau sampai kepadanya tentang saudaranya suatu perkataan yang memiliki dua kemungkinan arti, maka, bawalah maksud perkataannya itu kepada maksud yang baik, sebab yang demikian ini lebih sesuai dengan akhlaq mulia dan lebih mencerminkan ukhuwwah yang bening. Umar bin Al-Khaththab ra. Berkata:
لاَ تَظُنَّنَّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيْكَ الْمُؤْمِنِ إِلاَّ خَيْرًا وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلاً
 ”Janganlah kamu menyangka satu kosa kata yang keluar dari saudara mukmin mu kecuali kebaikan, sedangkan engkau mendapati kemungkinan maksud yang baik dari perkataannya”. (Ahmad)
Puteri dari Abdullah bin Muthi’ berkata kepada suaminya Thalhah bin Abdurrahman bin Auf  ra. Di zamannya Thalhah adalah orang Quraisy yang paling derma. Istrinya berkata: “Saya tidak melihat satu kaum yang lebih buruk dari saudara-saudaramu!”. Thalhah berkata kepada istrinya: “hush hush! Kenapa demikian?”. Istrinya menjawab: “Saya melihat mereka, kalau kamu sedang ada uang, mereka nempel terus kepadamu, dan jika kamu sedang tidak mempunyai apa-apa, mereka meninggalkanmu”. Maka Thalhah berkata kepada istrinya: “Ini, demi Allah, adalah bukti bahwa mereka berakhlaq mulia, mereka datang kepada kita saat kita mampu memuliakan mereka, dan mereka meninggalkan kita saat kita tidak mampu memenuhi hak-hak mereka”.
Coba kita lihat, bagaimana Thalhah men-ta’wil-kan perbuatan saudara-saudaranya terhadapnya, padahal perbuatan itu jelas buruk dan tidak kenal budi, namun demikian, ia memandangnya sebagai bentuk kesetiaan dan kemuliaan.
Jika seorang muslim  melihat saudara muslim lainnya melakukan kesalahan yang tidak dapat diterima alasannya atau tidak bisa ditafsirkan lain, maka menjadi kewajibannya untuk datang kepadanya guna memberi nasihat secara rahasia, antara dirinya dan saudaranya saja, bukan di depan khalayak, sebab manusia tidak ingin aibnya diketahui oleh siapa pun, jika dirinya menasihati saudaranya secara rahasia, maka hal ini lebih berpeluang untuk diterima, lebih menunjukkan ikhlas dan jauh dari syubhat. Adapun jika dirinya menasihati saudaranya secara terbuka, di depan banyak orang, maka pada yang demikian ini terdapat syubhat dendam dan popularisasi keburukan, menonjolkan sisi kelebihan diri dan ilmu yang dimiliki. Dan hal ini merupakan penghalang yang mencegah pihak yang dinasihati untuk mendengarkan nasihat serta mengambil pelajaran darinya.
Di antara akhlaq Nabi saw. dan adabnya dalam mengingkari kemunkaran dan memperjelas kebenaran adalah bahwa jika sampai kepada beliau tentang satu atau sekelompok orang yang melakukan kemunkaran, maka beliau tidak menyebutkan nama mereka secara terbuka, beliau hanya bersabda: “Kenapa ada orang yang berbuat begini dan begini”, lalu orang yang dimaksud memahami bahwa dia lah yang dimaksud oleh nasihat itu. Dan hal ini termasuk cara memberi nasihat dan cara mentarbiyah yang paling tinggi.
Imam Syafi’i berkata:
مَنْ وَعَظَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ نَصَحَهُ وَزَانَهُ، وَمَنْ وَعَظَهُ عَلاَنِيَّةً فَقَدْ فَضَحَهُ وَشَانَهُ
“Siapa yang memberi mauizhah kepada saudara secara rahasia, maka ia telah menasihati dan memperbaikinya, dan siapa yang memberi mauizhah secara terbuka, berarti ia telah membuka aibnya dan memperburukkannya”
Jadi, seorang mukmin yang memberi nasihat, ia tidak memiliki tujuan untuk mempublikasikan aib orang yang dinasihatinya. Tujuannya tidak lain adalah menghilangkan kemaksiatan yang ia terjatuh kepadanya, sebab ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Adapun mempublikasikan dan menampakkan aib, maka hal ini termasuk yang diharamkan Allah swt. dan Rasul-Nya saw. Allah swt berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ أَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (An-Nur: 19).
Jadi, ada perbedaan antara orang yang bertujuan menasihati dan orang yang bertujuan membuka aib. Yang mencampur adukkan di atara keduanya hanyalah orang yang berakal tidak sehat. Hukuman bagi orang yang menyebar luaskan keburukan atas terhadap saudaranya yang beriman dan terus menerus mencari aib-aibnya serta membuka auratnya adalah Allah swt. akan mencari-cari auratnya, lalu membukanya di depan publik walaupun setelah beberapa tempo lamanya, kecuali jika ia bertaubat.
Di antara pertanda ta’yir (mencacat) dan tasyhir (mempopulerkan aib) adalah: menampakkan dan mempublikasikan keburukan dalam kemasan nasihat, ia mengklaim bahwa yang mendorongnya adalah tahdzir (memberi peringatan) atas ucapan dan perbuatannya, dan Allah mengetahui bahwa maksudnya adalah tahqir (merendahkan) dan adza (menyakiti).
Contoh hal ini adalah seseorang mencela orang lain dan menunjukkan kekurangannya serta menampakkan aibnya supaya manusia berlari darinya, namun maksudnya adalah keinginannya untuk menyakitinya karena permusuhan dirinya terhadapnya atau karena sebab-sebab tercela lainnya, dirinya tidak mampu mencapai tujuan ini kecuali dengan menampakkan celaan padanya, baik karena adanya sebab dini (agama) atau pun duniawi. Maka, siapa yang melakukan perbuatan demikian, ini merupakan pertanda adanya penyakit dalam hatinya, meskipun hal ini terjadi dari orang yang bersumpah bahwa tidak ada tujuan kecuali kebaikan, sedangkan Allah swt, menjadi saksi bahwa mereka adalah orang-orang yang bohong.
Dan siapa saja yang terkena bencana makar ini, yaitu saat ia dihina, dicacat, ditampakkan sisi kekurangannya, maka hendaklah ia bertakwa dan bersabar, sebab kesudahannya pasti milik yang bertakwa,
وَلاَ يَحِيْقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلاَّ بِأَهْلِهِ
“Dan makar buruk itu tidak menghancurkan kecuali pelakunya” (Fathir: 43)
Ketahuilah bahwa sebagian pemberi nasihat dan pengkritik dalam berbagai majlis, juga sebagian penulis di koran dan semacamnya, terperosok dalam sebagian kesalahan dan kekeliruan yang menyebabkan merenggangnya hubungan, di mana nashihah (memberi nasihat tanpa membuka aib) berubah menjadi fadhihah (membuka aib), tadzkir (memberi pengingatan) berubah menjadi tasyhir (publikasi keburukan). Dan hal ini bukanlah sesuatu yang diridhai Islam.
Ibnu Rajab berkata: ketahuilah bahwa menyebut manusia dengan sesuatu yang tidak disukainya adalah haram, jika maksudnya sekedar mencela, mencacat dan menampakkan kekuarangan. Adapun jika dalam hal ini terdapat kemaslahatan umum bagi kaum muslimin atau kemaslahatan khusus bagi sebagian mereka, dan maksudnya adalah menghasilkan kemaslahatan ini, maka hal ini tidaklah diharamkan, bahkan disunnatkan. Hal ini telah ditetapkan oleh para ulama hadits dalam kitab mereka dalam pembahasan al-jarh wat-ta’dil. Mereka menyebutkan perbedaan antara melakukan tajrih terhadap para perawi dan dengan ghibah. Mereka membantah orang-orang yang menyamakan di antaranya keduanya, baik yang menyamaratakan itu dari kalangan ahli ibadah maupun dari kalangan lainnya dari orang-orang yang belum luas ilmunya, dan tidak ada perbedaan antara orang yang diterima riwayatnya dari mereka yang yang tidak diterima
Jika tujuannya adalah memperjelas kebenaran, maka hal ini masuk dalam pengertian nasihat. Dan jika tujuannya adalah menunjukkan kekurangan yang berkata, menampakkan kebodohan dan kelemahannya dalam ilmu, maka hal ini adalah perbuatan haram, baik bantahan itu dilakukan dihadapan orang yang dibantah atau pun dilakukan tidak dihadapannya, baik dilakukan semasa hidupnya maupun dilakukan sepeninggalnya, dan hal ini tercakup dalam hadits nabi saw.:
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ قَلْبَهُ، لاَ تَغْتَابُوْا اَلْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ اِتَّبَعَ عَوْرَاتِهِ يَتَّبِعُ الهُه عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحُهُ وَلَوْ فِيْ جَوْفِ بَيْتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman dengan mulutnya, sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian melakukan ghibah terhadap kaum muslimin, dan jangan pula mencari-cari auratnya, sebab, siapa saja yang mencari-cari auratnya, maka Allah swt. akan mencari-cari auratnya, dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah swt. niscaya Dia akan membuka kartunya walaupun ia berada di dalam rumahnya” (HR. Abu Daud dan lainnya. Lihat Aun al-Ma’bud 13/224).
Sangat bagus kalau seorang muslim menjadi benteng yang kokoh yang membela dan melindungi harga diri saudara muslim nya dan menjaga citranya, terlebih lagi jika dihadapannya disebutkan keburukan saudaranya sesuatu yang tidak disukainya. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ رَدَّ عِرْضَ أَخِيْهِ اَلْمُسْلِمِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ اَلنَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa yang membela harga diri saudaranya yang muslim, niscaya Allah swt. menjaga wajahnya dari neraka pada hari kiamat” (HR. At-Tirmidzi, shahih)
Dan hHendaklah kita semua tsiqah terhadap saudara kita dan berhati tenteram kepadanya, dan janganlah kita men-ta’wil-kan omongannya kecuali dengan baik, selama omongan itu masih memungkinkan ditafsirkan baik, supaya kita berbahagia dalam urusan agama dan dunia kita, dan supaya kita selamat pada hari kiamat,
يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
“Yaitu hari dimana harta dan anak lakui-laki tidak memberi manfaat, kecuali yang datang kepada Allah swt dengan hati selamat” (Asy-Syu’ara: 88 – 89).
Kita memohon kepada Allah swt. agar Dia mensucikan hati kita dari ghill (dengki), dendam dan iri, dan semoga Dia memberikan kepada kita hati yang selamat, mulut yang jujur, ilmu yan bermanfaat dan amal yang shalih.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم
“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr:10)